Cerpen

ANGIN YANG KEMBALI DARI LAUT by myjee4u aku pernah menatapmu seperti menatap sebuah rumah yang tidak dibangun dari tembok, tapi dari rasa pulang kamu pernah menyebut namaku tanpa suara dan itu sudah cukup untuk membuat seluruh dunia berdetak jika suatu hari ada angin datang dari arah laut dan kamu merinding kecil jangan kaget barangkali itu cuma aku sedang kembali lewat udara yang pernah kita bagikan berdua kita pernah jadi satu garis tipis di antara ribuan garis orang lain dan itu lebih dari cukup untuk hidup selamanya di dalam diam yang kau simpan. Pattaya Beach, 0x 0x x0xx

 Revan menggeram frustasi saat dirinya tak bisa mengerjakan soal fisika barang satu pun. Entah siapa yang menciptakan pelajaran fisika. Pengen banget Revan tuh ngelabrak orang itu. Bikin napas pendek aja. Ia melempar pulpen asal lalu memutar kursi belajarnya hingga menghadap balkon, yang berhadapan langsung dengan balkon tetangganya sekaligus kakak kelasnya di sekolah. Namanya Anne. Pintu balkon Anne masih terbuka—artinya si kakel itu pasti lagi sibuk belajar. Revan tersenyum miring. Kenapa nggak sekalian aja minta diajarin? Sekalian modus. Iya, Revan memang naksir sama Anne udah lama banget, mungkin sejak pertama kali masuk SD. Faktanya, Revan selalu ngekor kemana pun Anne sekolah. Orang tua Revan nggak masalah, malah senang karena yakin Anne membawa pengaruh baik. Sayangnya, Anne selalu menganggap Revan sebatas adik. Adik-Kakak zone. Revan pun mengemas buku-buku, peralatan tulis, serta hoodienya. Rencananya, ia mau belajar sekaligus nginep di rumah Anne. Tenang aja, kalau ng...

 SALAH HATI by myjee4u kelopak gugur mengantar senja yang pudarnya pilu aku masih ingat genggamanmu hangat — tapi sementara saja aku kira aku satu ternyata aku hanya salah satu mimpi yang kuikat di doa terurai tanpa pernah jadi nyata senyummu tak pernah abadi namamu membekas di tepi hati aku jatuh dan berdarah sendiri semuanya karena salah hati ada rindu yang tak sempat terucap ada maaf datang terlambat aku menunggu di perbatasan sementara kau pergi tanpa pamit kadang kesalahan memang tak bisa dihapus tapi lembar itu kini kututup perlahan beberapa hati memang tercipta bukan untuk bersama tapi untuk saling pergi Jatinangor, 11 Juli 2023

Alin, seorang siswi kelas tiga sekolah menengah pertama, sangat menyukai kertas origami. Setiap minggu ia pergi ke toko alat tulis di ujung kompleknya. Toko itu dijaga oleh seorang bibi yang ramah, Bibi Santoro, yang biasa dipanggil Alin. Terkadang, toko itu dijaga oleh anak tunggal Bibi Santoro, Arthur, seorang siswa kelas tiga sekolah menengah atas. Alin dan Arthur cukup akrab. Bahkan, diam-diam Alin menyimpan perasaan pada Arthur. Ia menyukai senyum manis Arthur yang selalu muncul setiap kali Alin membeli origami. Setiap kali Alin membeli kertas origami, Arthur selalu membuatkan burung bangau dari selembar origami untuknya. Alin mengumpulkan burung-bangau hasil karya Arthur di kamarnya, yakin bahwa suatu hari mereka akan memiliki kisah cinta yang abadi. Namun, sebenarnya Alin salah mengartikan ucapan Arthur. Tapi begitulah pikirannya, dan tak ada yang bisa mengubahnya. Siang itu, sepulang sekolah, Alin pergi ke toko Santoro untuk membeli dua bungkus origami. Saat tiba di depan to...

 PESISIR ANTARA KITA by myjee4u di antara delapan samudera bernafas ada satu yang paling tega memisahkan dua hati yang pernah saling jadi rumah samudera itu rakus arusnya tak mengenal lelah bahkan paus biru pun bisa patah di pelukannya tapi ia masih percaya cinta bisa menantang gelombang di seberang sana seekor koala memandangi cakrawala asin menggenggam ranting harapan bahwa suaramu masih memanggil namanya mereka hidup di dua alam yang tak bersilang jika paus naik ke darat, ia mati kering jika koala terjun ke laut, ia mati tenggelam jadi di mana mereka bertemu? di garis pesisir tempat laut mencium tanah tempat asin dan debu jadi satu detik yang rapuh di sana cinta tak bisa hidup tapi juga tak mau mati Bali, 2 Januari 2023

 RUANG TANPA NAMA by myjee4u ada taman sunyi tumbuh dalam kepalaku akar dari bisikan, bunga dari hujan yang tak jadi turun kelopaknya menyimpan nama-nama yang bahkan sudah hilang dari mulutku di atas langit batin burung-burung cahaya berputar rendah kadang mereka bernyanyi kadang mereka menjerit minta didengar orang bilang aku terbelah dua padahal aku hanya terlalu luas untuk dimengerti satu dunia saja aku memeluk bayangan seperti nyata berbisik pada udara yang memanggilku lembut jika ini gila, biarlah karena di sini puisi tumbuh paling jujur di sunyi terdalam aku dengar Tuhan lewat sebagai gema menyentuh keningku samar seraya berbisik: “tak apa, Nak. bahkan suara pun butuh rumah.” Cirebon, 12 Juli 2022