Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2020

Di Balik Pena

      Dia bangun pagi dengan kepala berat dan tubuh lelah, meski tidur semalaman penuh. Suara alarm berdering, tapi rasanya seperti gema yang jauh. Ia menarik selimut tipis yang sudah kusam, menatap jendela kecil di kamar sempitnya. Di luar, dunia tetap berjalan—ramai, bising, dan tak peduli padanya.      Sejak kecil, ia tidak pernah benar-benar punya rumah. Tidak ada orang tua yang memeluknya, tidak ada tempat yang membuatnya merasa aman. Ia selalu dioper dari satu orang tua ke orang tua lain, dari satu keluarga pengasuh ke keluarga pengasuh berikutnya. Ia tahu, sejak awal, dunia ini seakan memutuskan bahwa dirinya adalah anak yang “tidak diinginkan”.      Di sekolah, hidupnya tidak lebih mudah. Ejekan dan pukulan datang silih berganti. Kata-kata itu—“aneh”, “bodoh”, “jelek”—tertanam dalam jiwanya seperti duri yang terus menembus. Lama-lama, ia belajar untuk menelan rasa sakit itu sendiri. Ia belajar untuk tersenyum meski ingin menangis. I...

Your Moonlight My Starlight

Airi dan Elias adalah sepasang kekasih musim gugur, bertemu di depan jalan perkomplekan agama, di antara masjid dan gereja Katolik. Cinta mereka bersemi ketika kalung yang mereka kenakan secara kebetulan tertukar. Setelah sama-sama mengembalikan kalung, mereka mulai banyak berbicara dan memutuskan untuk menjalin hubungan. Mereka saling mencintai, namun kedua orang tua mereka tak pernah merestui hubungan itu, karena bagaimanapun Tuhan juga tak merestuinya. Mereka tahu hubungan itu dilarang oleh Tuhan. Tapi bagaimana jika semestalah yang memulainya? Bagaimana jika cinta lebih kuat dari agama? Elias, pemuda bersurai hitam dengan suara merdu, lahir dan dibesarkan dalam keluarga Katolik yang taat. Sedangkan Airi, gadis yang sangat hobi bermain piano, lahir dan dibesarkan di keluarga Muslim yang taat. Apa yang bisa dilakukan jika mereka jatuh cinta hanya karena kalung bulan-bintang milik Airi tertukar dengan kalung salib berlian milik Elias? Apakah ini bukan permainan semesta? Jika semua...

Taekwondo

 Arin meraih ranselnya dengan semangat, karena hari ini adalah hari pertamanya mengikuti klub taekwondo. Sejujurnya, Arin bukan benar-benar ingin jadi atlet taekwondo, hanya saja kakak crush-nya juga di sana sebagai anggota. Lima hari lalu, Arin disarankan oleh Milly, kakak dari crush-nya, untuk ikut klub taekwondo agar bisa sering bertemu dengan Dean, adik Milly sekaligus kakak kelas Arin di sekolah dan tetangga Arin di rumah. Arin menyukai Dean sejak sekolah dasar, tapi Dean tak pernah menotice perasaannya. Padahal Arin sudah beberapa kali mencoba mendekat, tetap saja Dean hanya menganggapnya adik. Hari ini, Arin bertekad membuat Dean terkejut dengan mengikuti klub yang sama. Siapa yang tidak terkejut kalau Arin—anak klub melukis—tiba-tiba ikut klub yang terkesan “kasar”? Ya, itu Arin, kebucinannya sudah sampai batas maksimum. Tak butuh waktu lama berjalan kaki dari rumah, Arin akhirnya sampai di tempat pelatihan. Keadaannya cukup ramai. Arin celingukan mencari seseorang yang...