Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2020

Di Balik Pena

      Dia bangun pagi dengan kepala berat dan tubuh lelah, meski tidur semalaman penuh. Suara alarm berdering, tapi rasanya seperti gema yang jauh. Ia menarik selimut tipis yang sudah kusam, menatap jendela kecil di kamar sempitnya. Di luar, dunia tetap berjalan—ramai, bising, dan tak peduli padanya.      Sejak kecil, ia tidak pernah benar-benar punya rumah. Tidak ada orang tua yang memeluknya, tidak ada tempat yang membuatnya merasa aman. Ia selalu dioper dari satu orang tua ke orang tua lain, dari satu keluarga pengasuh ke keluarga pengasuh berikutnya. Ia tahu, sejak awal, dunia ini seakan memutuskan bahwa dirinya adalah anak yang “tidak diinginkan”.      Di sekolah, hidupnya tidak lebih mudah. Ejekan dan pukulan datang silih berganti. Kata-kata itu—“aneh”, “bodoh”, “jelek”—tertanam dalam jiwanya seperti duri yang terus menembus. Lama-lama, ia belajar untuk menelan rasa sakit itu sendiri. Ia belajar untuk tersenyum meski ingin menangis. I...

Your Moonlight My Starlight

Airi dan Elias adalah sepasang kekasih musim gugur, bertemu di depan jalan perkomplekan agama, di antara masjid dan gereja Katolik. Cinta mereka bersemi ketika kalung yang mereka kenakan secara kebetulan tertukar. Setelah sama-sama mengembalikan kalung, mereka mulai banyak berbicara dan memutuskan untuk menjalin hubungan. Mereka saling mencintai, namun kedua orang tua mereka tak pernah merestui hubungan itu, karena bagaimanapun Tuhan juga tak merestuinya. Mereka tahu hubungan itu dilarang oleh Tuhan. Tapi bagaimana jika semestalah yang memulainya? Bagaimana jika cinta lebih kuat dari agama? Elias, pemuda bersurai hitam dengan suara merdu, lahir dan dibesarkan dalam keluarga Katolik yang taat. Sedangkan Airi, gadis yang sangat hobi bermain piano, lahir dan dibesarkan di keluarga Muslim yang taat. Apa yang bisa dilakukan jika mereka jatuh cinta hanya karena kalung bulan-bintang milik Airi tertukar dengan kalung salib berlian milik Elias? Apakah ini bukan permainan semesta? Jika semua...

Taekwondo

 Arin meraih ranselnya dengan semangat, karena hari ini adalah hari pertamanya mengikuti klub taekwondo. Sejujurnya, Arin bukan benar-benar ingin jadi atlet taekwondo, hanya saja kakak crush-nya juga di sana sebagai anggota. Lima hari lalu, Arin disarankan oleh Milly, kakak dari crush-nya, untuk ikut klub taekwondo agar bisa sering bertemu dengan Dean, adik Milly sekaligus kakak kelas Arin di sekolah dan tetangga Arin di rumah. Arin menyukai Dean sejak sekolah dasar, tapi Dean tak pernah menotice perasaannya. Padahal Arin sudah beberapa kali mencoba mendekat, tetap saja Dean hanya menganggapnya adik. Hari ini, Arin bertekad membuat Dean terkejut dengan mengikuti klub yang sama. Siapa yang tidak terkejut kalau Arin—anak klub melukis—tiba-tiba ikut klub yang terkesan “kasar”? Ya, itu Arin, kebucinannya sudah sampai batas maksimum. Tak butuh waktu lama berjalan kaki dari rumah, Arin akhirnya sampai di tempat pelatihan. Keadaannya cukup ramai. Arin celingukan mencari seseorang yang...

Teman

 Aku memiliki seorang teman bernama Citi. Dia sangat cantik, selalu mengenakan gaun biru muda, dengan rambut hazel yang selalu dikepang dua. Ibuku lah yang memperkenalkan kami saat aku berusia enam tahun. Namun seiring bertambahnya usia, aku mulai membenci Citi. Dia sangat mengganggu. Setiap malam, ia selalu bercerita padaku, padahal aku berusaha tidur. Ketika aku memperkenalkan Citi kepada teman-temanku yang lain, mereka mengejeknya dan mengolok-olokku karena mau berteman dengannya. Dari situlah aku merasa Citi memang tak seharusnya menjadi temanku. Suatu ketika, saat ibuku tidak di rumah, aku mengajak Citi bermain ke sebuah danau. Saat ia lengah, aku meninggalkannya di sana, berharap ia mengerti bahwa aku tak ingin berteman dengannya lagi. Namun malam itu, Citi kembali mengetuk pintu kamarku sambil berteriak: "Rin, ayo kita bermain lagi! Aku ingin bercerita sepanjang malam lagi denganmu!" Aku ketakutan. Aku tahu, aku tak akan pernah membuka pintuku untuk Citi lagi.

Little Things

  Ini tentang bagaimana sebuah cerita cinta tragis dimulai, saat musim dingin menjelang Natal. Tentang seorang pemain ice skating dan seorang putri pejabat kota yang menderita little space. Hari itu tanggal 10 Desember tahun Naga Emas. Orang-orang di sebuah kota kecil bernama Oasey sedang sibuk mempersiapkan perayaan Natal. Memang, warga kota Oasey selalu mempersiapkan Natal dari jauh-jauh hari. Begitulah budayanya. Semua saling bersuka cita menyambut Natal yang akan datang. Apalagi salju tahun ini turun lebih awal daripada perkiraan pihak badan cuaca, membuat warga harus ekstra kuat menghadapi udara dingin. “Cici lihat, saljunya sangat banyak!” pekik seorang gadis berambut gelombang dengan riang saat melihat gundukan salju di pekarangan rumahnya. “Nona Edrea, tetaplah di sini, saya akan ambilkan mantel dulu untuk nona,” ucap wanita dari dalam rumah megah itu. Gadis yang dipanggil Edrea tak peduli, tetap bermain dengan salju sambil mengembang-ngembangkan gaun kuningnya dengan r...